Masih ingat hal-hal yang harus diperhatikan agar kita bisa mencapai ketepatan pemilihan kata dalam mengungkap gagasan, ide, perasaan dan pengalaman pada orang lain? Satu diantara hal tersebut adalah penggunaan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi khusus.
Kata-kata indria adalah kata-kata yang menggambarkan, menyatakan pengalaman manusia yang diterima atau dicerap oleh panca indria. Maka dihasilkan cerapan kata indria penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman. Maka penggunaan kata khusus indria ini akan memperlihatkan daya guna sebuah kata terutama dalam membuat sebuah deskripsi.
Setiap indria memiliki kata-kata khusus untuk mengungkapkan pengalaman ataupun penghayatan melalui masing-masing indria. Kata-kata dari masing-masing indra itu adalah:
Penglihatan : pijar, terang, gelap, pucat, pudar, mengkilap, keemas-emasan, keruh, hitam, jernih, putih, merona, kelam, menakutkan, berkilau, dan sebagainya.
Pendengaran : ramai, sunyi, sepi, gemuruh, riuh, dgaduh, berisik, mendengkur, bersiul, merdu, bersenandung, bising, desau, desir, merengek, menjerit, gemertak, gemerincik, gelegar, dentum, kicau, dan sebagainya.
Peraba : halus, kasar, licin, rata, dingin, panas, sejuk, lembab, basah, kering, kesat, kenyal, keras, dan sebagainya.
Perasa : manis, asam, asin, pahit, kecut, pedas, dan sebagainya
Penciuman : busuk, pesing, apak, tengik, basi, anyir dan sebagainya.
Meski demikian, adakalanya hubungan antara indria yang satu dapat dirasa sangat dekat dengan indria yang lain. Sehingga kata yang sesungguhnya merupakan kata dalam satu indria dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman yang diterima oleh indria yang lain. Gejala semacam ini disebut SINESTESIA. Misalnya apa yang dihayati oleh indria perasa dikenakan pula pada indria penglihatan dan pendengaran begitu saja. Dengan begitu, kata yang sebelumnya erat dengan indria perasa, dapat dihubungkan dengan indria penglihatan dan pendengaran, misalnya:
Gadis itu tersenyum manis padaku (1)
Tutur katanya manis (2)
Kata manis yang berkaitan erat dengan indria perasa, pada kalimat 1 dihubungkan dengan indria penglihatan. Sedang pada kalimat kedua kata manis dihubungkan dengan indria pendengaran. Bagaimana dengan kalimat berikut.
Sorot matanya begitu tajam (3)
Kata-katanya tajam menusuk hati sang Bunda (4)
Tentu kamu dapat mengetahui dan mengerti hubungan antara indria apa yang ada pada dua kalimat tersebut. Meski ada gejala (sinestesia) yang diperbolehkan, sebaiknya kita mulai dekati kamus dan mencari makna tiap kata agar penggunaan kata-kata indria tetap mengacu pada pengalaman dan penghayatan salah satu pancaindria. Sehingga daya guna kata tidak berkurang. Pemilihan kata pun dikatakan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar