Senin, 28 April 2008

Cari Muka, Ngapain?

Mengenali Idiom dalam Komunikasi

A : Lihat tuch, si Yuni mulai cari muka sama dosen.

B : Kurang kerjaaan ya? Cari muka? Bukankah masing-masing kita sudah punya.

A : Ih...ih...tahu tidak kamu, makan hati aku dibuatnya.

B : Enak dong makan hati. Pantas saja beratmu tak pernah berkurang. Kamu senang makan hati sih.

A : (bingung) kamu bicara apa sih?

B : aku kan merespon semua yang kamu katakan.

A : ( ’_’ )

Bagaimana rasanya jika orang yang kita ajak bicara tidak mmengerti idiom yang kita gunakan? Kecewa bukan? Dan saya yakin kamu pasti sudah mengenal banyak idiom. Sering kali idiom disejajarkan dengan pengertian peribahasa dalam bahasa ndonesia. Namun sesungguhnya idiom memiliki pengertian yang lebih luas dari peribahasa.

Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimang dari kaidah-kaidah umum bahasa, biasanya berbentuk frasa, sedang artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.

Kita harus mempoisisikan diri sebagai penutur aslinya. Sebab sudah diterangkan sebelumnya, bahwa makna idiom tidak bisa langsung dimaknai dari makna kata-kata yang menyusunnya. Makna idiom akan sangat jauh berbeda dari makna gabungan kata yang menyusunnya. Idiom bersifat tradisional dan bukan bersifat logis, maka idiom harus dipelajari dari pengalaman dan bukan dari peraturan umum bahasa.

Gabungan kata dalam idiom memiliki beberapa kriteria yang membedakan dengan nomina majemuk. Perbedaannya yaitu

* Pertama, makna nomina majemuk masih dapat ditelusuri secar langsung dari kata-kata yang menyusunnya, sedang makna idiom tidak dapat ditelusuri dari makna kata-kata yang menyusunnya.

* Kedua, urutan kata dalam idiom seolah-olah tidak dapat ditukar, karena komponennya sudah menjadi satu.

* Ketiga , nomina majemuk pada umumnya terdiri atas dua kata, sedang idiom bisa lebih panjang seperti mati satu tumbuh seribu yang kebetulan berupa pribahasa.

Pastikan kita pandai menggunakan idiom dalam komunikasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman seperti percakapan tersebut di atas.

Kata-kata Percakapan dalam Sastra (Puisi)

Membuat puisi tak sulit, kok....

Pada sebuah harian, pernah kudapati sebuah karya (puisi) yang ditulis dengan kata-kata percakapan. Meski demikian tidak mengurangi nilai estetis karya tersebut. Berikut karya seseorang yang sangat gemar membuat puisi bermahzabkan Puitik Romantic

Sebuah SMS

Di seberang sana, terbayang

dirimu dalam bingkai rinduku

lalu, ada juga di sini rinduku

yang meluap

terkirimlah sebuah SMS

untukmu

“Apa kabarmu?”

ya, sebuah pertanyaan yang kutitipi sebuah risalah rindu

tertiup, sepoi—untukmu yang

jauh di sana, sang kekasih.

Lalu, pagi itu

kau meneleponku lewat ponsel

genggammu

maka buncah sudah anak rindu

yang seminggu lalu menohoki

rahang jantung-jantungku, kalau

aku senang dengar

suaramu

mungkin itu wajar?karena

antara kau dan aku,

saling sama rasa,

sudah saling mengepakkan

rindu.kalau tak ada,

perlu kita bertanya lagi dalam

hati kita (?)

Kita lantas melanjutkan mushaf-

mushaf rindu

pada abjad (dalam sebuah layar,

biru)—yang bisu

meski kau disana, dan kau

kirimkan kata-katamu

lewat abjad

namun hatiku dan semua

kejernihan jiwaku

tlah menerjemahkan bentuk-

bentuk kata yang kau ucap

seperti apapun bahasamu, yang

tergores, tetap kupahami

maksud hatimu

bahwa, ternyata masih ada rindu

dalam kesunyian cinta kita.

Jogjakarta, 16 Januari 2006 oleh Anam Khoirul Anam

Benar bukan, meski kata-kata yang terangkai dalam puisi tersebut merupakan kata-kata percakapan, namun mampu menjaga keindahan dan maknanya.

Kata percakapan (Keraf,2006:107) kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan orang-orang yang terdidik. Bahasa percakapan yang dimaksud di sini melebihi cakupan pengertian kata-kata populer dan bentuk konstruksi-konstruksi idiomatis. Tetapi mencakup pula kata-kata yang tidak umum (slang) yang dipakai golongan tertentu saja.

Singkatan prof, dok, kep,bang,dan untuk menyebut profesor, dokter, kapten, abang, dan komandan, juga termasuk dalam ragam kata percakapan.

Perhatikan kata mushaf, kata tersebut mungkin tidak asing bagi kalangan santri. Begitupun dengan sapaan apa kabarmu?. Bila di baca kembali, puisi tersebut cenderung pada bentu puisi naratif. Puisi yang mengalirkan cerita, pengalaman batin dan jiwa penulisnya. Ini membuktikan dengan kata-kata yang biasa kita gunakan dalam percakapan sehari-hari pun puisi dapat lahir. Sudahkah kamu menceritakan ide, pikiran, maupun perasaan kedalam sebuah karya? Mau menunggu sampai kapan? Menulis bisa membebaskanmu dari belenggu rasa dalam jiwa. Ayo ciptakan karyamu!!! Jangan takut salah pilih kata. Keberhasilan hanya untuk mereka yang berani. Berani berbuat salah dan tak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama. Berekspresilah!!! Dalam hidup, ekspresi kita juga memegang andil besar pada keberhasilan dan kebahagiaan kita.☺

SELAMAT BERKARYA.....

HIDUPLAH MENGADA!!! BUKAN SEKADAR ADA!!!

TAPI JUGA JANGAN MENGADA-ADA!!!!

TERSENYUMLAH, hanya itu yang bisa membuatmu bahagia!

Sebuah renungan bersama.

Siapa orangnya yang tidak senang melihat paras yang selalu menampakkan keramahan, kesahajaan yang tercipta dari sebuah senyuman. Saya pernah membaca bahwa tertawa yang wajar itu laksana ”balsem” bagi kegalauan dan ”salep” bagi kesedihan. Pengaruh senyuman tersebut sangat kuat untuk membuat jiwa bergembira dan hati berbahagia. Tentu saja bukan bagi si pemilik senyum, melainkan penikmat senyum tersebut.

Kita lebih senang melihat wajah yang selalu menampakkan keceriaan, kelapangan dada, kewibawaan perangai dan kemurahan hati, daripada wajah yang penuh kemurungan dan kesusahan bukan? Tentu saja. Mengapa? Karena kita seakan terbawa pada suasana hati si pemilik senyum itu. Maka buatlah orang sekitar kita bahagia dengan senyuman termanis yang kita miliki. Tapi, tentu saja senyum terindah adalah senyuman yang lahir dari hati yang tulus. Niscaya bila berasal dari hati pasti mengena di hati pula. Pun jangan sekali-kali senyum karena kesusahan orang lain (menghina) atau senyum kesombongan. Ingat kawan, senyum di depan saudara adalah sedekah. Tidak sulit bukan untuk mendapatkan pahala? Pasti kamu akan merasa bahagia.

Selasa, 15 April 2008

Bahasa Artifisial, apaan tuch?

Pasti kita pernah membaca kalimat yang ditulis seseorang seperti,

Aku melihatnya mengeluarkan butiran mutiara yang selama ini tersimpan dalam. setiap waktu senyum selalu menghiasi parasnya. namun ketika orang yang berjuang melahirkannya kedunia itu harus tidur untuk selama-lamanya, aku baru tahu sisi lain dirinya.

sebenarnya kalimat tersebut dapat saja berbunyi,


Aku melihatnya mengeluarkan air mata ( menangis)yang selama ini tersembunyi. keceriaan selalu ia tampakkan. namun ketika ibunya meninggal, aku baru tahu sisi lain dirinya.

Bahasa artifisial adalah bahasa yang disusun secara seni(Keraf,2006:110). Bahasa yang artifisial tidak terkandung dalam kata yang digunakan tetapi dalam pemakaiannya untuk menyatakan suatu maksud. kecenderungan penggunaan bahasa artifisial adalah menunjukkan maksud secara tudak langsung. bahasa artifisal banyak kita jumpai di prosa maupun puisi/lirik, dan jarang di gunakan pada percakapan sehari-hari. Bahkan pada penulisan ilmiah, bahasa ini justru sangat dihindari sebab akan menumbulkan beragam pemaknaan.

jika kita menggunakan bahasa tulis (terutama) haruslah mengutamakan penyampaian maksud (bagaimana dan apa yang ditulis), bukan bagaiamana menyusun kata/ menulis

Senin, 14 April 2008

Mengenal Kata Indria

Masih ingat hal-hal yang harus diperhatikan agar kita bisa mencapai ketepatan pemilihan kata dalam mengungkap gagasan, ide, perasaan dan pengalaman pada orang lain? Satu diantara hal tersebut adalah penggunaan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi khusus.

Kata-kata indria adalah kata-kata yang menggambarkan, menyatakan pengalaman manusia yang diterima atau dicerap oleh panca indria. Maka dihasilkan cerapan kata indria penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman. Maka penggunaan kata khusus indria ini akan memperlihatkan daya guna sebuah kata terutama dalam membuat sebuah deskripsi.

Setiap indria memiliki kata-kata khusus untuk mengungkapkan pengalaman ataupun penghayatan melalui masing-masing indria. Kata-kata dari masing-masing indra itu adalah:

Penglihatan : pijar, terang, gelap, pucat, pudar, mengkilap, keemas-emasan, keruh, hitam, jernih, putih, merona, kelam, menakutkan, berkilau, dan sebagainya.

Pendengaran : ramai, sunyi, sepi, gemuruh, riuh, dgaduh, berisik, mendengkur, bersiul, merdu, bersenandung, bising, desau, desir, merengek, menjerit, gemertak, gemerincik, gelegar, dentum, kicau, dan sebagainya.

Peraba : halus, kasar, licin, rata, dingin, panas, sejuk, lembab, basah, kering, kesat, kenyal, keras, dan sebagainya.

Perasa : manis, asam, asin, pahit, kecut, pedas, dan sebagainya

Penciuman : busuk, pesing, apak, tengik, basi, anyir dan sebagainya.

Meski demikian, adakalanya hubungan antara indria yang satu dapat dirasa sangat dekat dengan indria yang lain. Sehingga kata yang sesungguhnya merupakan kata dalam satu indria dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman yang diterima oleh indria yang lain. Gejala semacam ini disebut SINESTESIA. Misalnya apa yang dihayati oleh indria perasa dikenakan pula pada indria penglihatan dan pendengaran begitu saja. Dengan begitu, kata yang sebelumnya erat dengan indria perasa, dapat dihubungkan dengan indria penglihatan dan pendengaran, misalnya:

Gadis itu tersenyum manis padaku (1)

Tutur katanya manis (2)

Kata manis yang berkaitan erat dengan indria perasa, pada kalimat 1 dihubungkan dengan indria penglihatan. Sedang pada kalimat kedua kata manis dihubungkan dengan indria pendengaran. Bagaimana dengan kalimat berikut.

Sorot matanya begitu tajam (3)

Kata-katanya tajam menusuk hati sang Bunda (4)

Tentu kamu dapat mengetahui dan mengerti hubungan antara indria apa yang ada pada dua kalimat tersebut. Meski ada gejala (sinestesia) yang diperbolehkan, sebaiknya kita mulai dekati kamus dan mencari makna tiap kata agar penggunaan kata-kata indria tetap mengacu pada pengalaman dan penghayatan salah satu pancaindria. Sehingga daya guna kata tidak berkurang. Pemilihan kata pun dikatakan tepat.

Mengenal Kata Indria

Masih ingat hal-hal yang harus diperhatikan agar kita bisa mencapai ketepatan pemilihan kata dalam mengungkap gagasan, ide, perasaan dan pengalaman pada orang lain? Satu diantara hal tersebut adalah penggunaan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi khusus.

Kata-kata indria adalah kata-kata yang menggambarkan, menyatakan pengalaman manusia yang diterima atau dicerap oleh panca indria. Maka dihasilkan cerapan kata indria penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman. Maka penggunaan kata khusus indria ini akan memperlihatkan daya guna sebuah kata terutama dalam membuat sebuah deskripsi.

Setiap indria memiliki kata-kata khusus untuk mengungkapkan pengalaman ataupun penghayatan melalui masing-masing indria. Kata-kata dari masing-masing indra itu adalah:

Penglihatan : pijar, terang, gelap, pucat, pudar, mengkilap, keemas-emasan, keruh, hitam, jernih, putih, merona, kelam, menakutkan, berkilau, dan sebagainya.

Pendengaran : ramai, sunyi, sepi, gemuruh, riuh, dgaduh, berisik, mendengkur, bersiul, merdu, bersenandung, bising, desau, desir, merengek, menjerit, gemertak, gemerincik, gelegar, dentum, kicau, dan sebagainya.

Peraba : halus, kasar, licin, rata, dingin, panas, sejuk, lembab, basah, kering, kesat, kenyal, keras, dan sebagainya.

Perasa : manis, asam, asin, pahit, kecut, pedas, dan sebagainya

Penciuman : busuk, pesing, apak, tengik, basi, anyir dan sebagainya.

Meski demikian, adakalanya hubungan antara indria yang satu dapat dirasa sangat dekat dengan indria yang lain. Sehingga kata yang sesungguhnya merupakan kata dalam satu indria dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman yang diterima oleh indria yang lain. Gejala semacam ini disebut SINESTESIA. Misalnya apa yang dihayati oleh indria perasa dikenakan pula pada indria penglihatan dan pendengaran begitu saja. Dengan begitu, kata yang sebelumnya erat dengan indria perasa, dapat dihubungkan dengan indria penglihatan dan pendengaran, misalnya:

Gadis itu tersenyum manis padaku (1)

Tutur katanya manis (2)

Kata manis yang berkaitan erat dengan indria perasa, pada kalimat 1 dihubungkan dengan indria penglihatan. Sedang pada kalimat kedua kata manis dihubungkan dengan indria pendengaran. Bagaimana dengan kalimat berikut.

Sorot matanya begitu tajam (3)

Kata-katanya tajam menusuk hati sang Bunda (4)

Tentu kamu dapat mengetahui dan mengerti hubungan antara indria apa yang ada pada dua kalimat tersebut. Meski ada gejala (sinestesia) yang diperbolehkan, sebaiknya kita mulai dekati kamus dan mencari makna tiap kata agar penggunaan kata-kata indria tetap mengacu pada pengalaman dan penghayatan salah satu pancaindria. Sehingga daya guna kata tidak berkurang. Pemilihan kata pun dikatakan tepat.

Minggu, 13 April 2008

Saatnya berekspresi !!!

Aku kembali

Dara, aku kembali setelah sekian lama

Tuk penuhi janji

Namun kini

Kala kejenuhan merantaimu

Saat kesedihan memeluk kesendirianmu

Ketika tak lagi mampu kau tepis rasa rindu

Mampukah ku kembalikan ceria itu?

Dara, usap air matamu

Tak mampu ku lihat luka itu

Yang mengaburkan senyum manis

Yang menghitamkan auramu

Dara, tiap malam ku rasakan apa yang kau rasakan

Karena aku tetap aku yang kau kenal

Jangan tutup pintu hatimu

Bukalah untukku

Karena aku ada di situ

Pada langit tinggi

Pada langit tinggi, kulukis teduh parasnya. Setiap saat, kapan pun ku bisa kagumi. Ku mampu kikis rindu kalbu.

Pada langit tinggi, ku kaitkan seluruh harap. Nanti kan tiba tatap hapus pengap. Usap hati, cemerlang bak bebintang.

Pada tinggi langit ku adukan sgala sakit, luka dalam dan menganga. Bekasnya selalu inginku sirna. Jauh sebelum ku akhiri masa.

Kembali donk!!!

Mengapa kau menghilang.

Setelah bawaku terbang menerawang.

Kalau berani, sini.

Buatlah nyata seluruh imaji.

Mengapa kau bungkam.

Sebelumnya kau mampu menghipnotisku

dengan maut rayumu.

Hatiku telah lebam.

Datanglah!!!!biar ku hantam.

Mengapa tak berani ’tuk tunjukkan diri?

Padahal dulu berlagak bak ksatria sejati

Ah…dasar kau lelaki

Di mana mata hatimu??

Tak kan pernah mampu hatimu mendengar semua gundahku

Tak kan pernah mampu matamu membaca tiap kata rangkaikan lara

Tak kan pernah mampu !!!!!

Karena kau dingin seperti air yang membatu dan tak tahu malu

Saatnya berekspresi !!!

Aku kembali

Dara, aku kembali setelah sekian lama

Tuk penuhi janji

Namun kini

Kala kejenuhan merantaimu

Saat kesedihan memeluk kesendirianmu

Ketika tak lagi mampu kau tepis rasa rindu

Mampukah ku kembalikan ceria itu?

Dara, usap air matamu

Tak mampu ku lihat luka itu

Yang mengaburkan senyum manis

Yang menghitamkan auramu

Dara, tiap malam ku rasakan apa yang kau rasakan

Karena aku tetap aku yang kau kenal

Jangan tutup pintu hatimu

Bukalah untukku

Karena aku ada di situ

By: uwi

Pada langit tinggi

Pada langit tinggi, kulukis teduh parasnya. Setiap saat, kapan pun ku bisa kagumi. Ku mampu kikis rindu kalbu.

Pada langit tinggi, ku kaitkan seluruh harap. Nanti kan tiba tatap hapus pengap. Usap hati, cemerlang bak bebintang.

Pada tinggi langit ku adukan sgala sakit, luka dalam dan menganga. Bekasnya selalu inginku sirna. Jauh sebelum ku akhiri masa.

By: uwi

Kembali donk!!!

Mengapa kau menghilang.

Setelah bawaku terbang menerawang.

Kalau berani, sini.

Buatlah nyata seluruh imaji.

Mengapa kau bungkam.

Sebelumnya kau mampu menghipnotisku

dengan maut rayumu.

Hatiku telah lebam.

Datanglah!!!!biar ku hantam.

Mengapa tak berani ’tuk tunjukkan diri?

Padahal dulu berlagak bak ksatria sejati

Ah…dasar kau lelaki

Di mana mata hatimu??

Tak kan pernah mampu hatimu mendengar semua gundahku

Tak kan pernah mampu matamu membaca tiap kata rangkaikan lara

Tak kan pernah mampu !!!!!

Karena kau dingin seperti air yang membatu dan tak tahu malu

By: uwi

JUBAH DIRI SENDIRI, PALING PAAAAAASS BANGET

Jujur, pernah nggak kamu berusaha menjadi seperti si anu, si itu, si dia, si fulan, atau si..... yang belum tentu lebih baik dari dirimu. Ayo, ngaku dech!!! Pasti pernahkan?

Apa yang kamu rasakan? Kamu bisa meraih apa yang kamu inginkan setelah itu? Apa kamu merasa bahagia? Ku yakin kalau semua itu hanya membuatmu tersiksa. Bagaimanapun juga, segala hal yang ada dalam diri kita adalah yang paling baik buat kita, karena kekurangan yang kita rasakan bisa jadi merupakan kelebihan yang nggak dimiliki sama orang lain. Dalam bergaul, kita nggak perlu menjadi orang lain. Jadi diri sendiri itu lebih baik. Karena satu kebohongan, niscaya akan melahirkan berjuta kebohongan yang lain. Nggak mau kan jadi penghuni neraka karena sering berbohong?

Orang lain menginginkan dirinya diterima apa adanya, demikian juga dengan kita kan. Kita yang paling tahu atas diri kita sendiri. Tahu akan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Tinggal bagaimana cara kita mengelola hati juga diri agar bisa menempatkan diri dengan baik dan diterima orang lain. So mulai sekarang maksimalkan deh rasa percaya diri, kembalikan jubah orang lain, dan berani berkata INILAH AKU!

Pilih kata sebelum bicara

Sama halnya seperti kita yang selalu berusaha mencari dan merangkai kata menjadi kalimat-kalimat yang mewakili ide, gagasan, pikiran, maupun perasaan kepada orang lain, seorang penyair pun berusaha mencurahkan isi batin dan jiwanya setepat-tepatnya melalui kata. Bedanya seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak maupun pengalaman hidupnya secara padat dan intens. Karena itulah dikenal pula istilah diksi puitis. Menurut Barifield (Pradopo,2005:54) diksi puitis itu apabila kata-kata yang dipilih dan disusun akan menimbulkan imajinasi estetis, maka nilai kepuitisan pun didapat.

Sekarang kita akan mencoba mengamati dan ”menggauli”diksi sebuah puisi. Puisi kali ini adalah karya dari W.S. Rendra. Karya-karyanya banyak menggunakan bahasa yang sering kita jumpai pada percakapan sehari-hari, namun tidak mengurangi nilai estetisnya. Penggunaan citraan pun menjadi salah satu kekuatan sebagian besar karya-karyanya. Seperti puisi yang berjudul Episode berikut.

Episode

Kami duduk berdua

di bangku halaman rumahnya.

Pohon jambu di halaman rumah itu

berbuah dengan lebatnya

dan kami senang memandangnya.

Angin yang lewat

memainkan daun yang berguguran.

Tiba-tiba ia bertanya:

”Mengapa sebuah kancing bajumu

lepas terbuka?”

Aku hanya tertawa.

Lalu ia sematkan dengan mesra

sebuah peniti menutup bajuku.

Sementara itu

aku bersihkan

guguran bunga jambu

yang mengotori rambutnya.

Sepintas, puisi tersebut sangat sederhana bukan? Bahasa yang digunakan biasa kita gunakan sehari-hari. Eit....s jangan salah, meskipun demikian, coba kita amati beberapa kata dalam puisi tersebut. Kata lebat,memandangnya,memainkan, berguguran,sematkan, dan guguran. Kata-kata tersebut dipilih dengan begitu cermat sehingga nilai estetis dan kepuitisannya pun begitu terasa. Kata lebat bisa saja diganti kata banyak, tapi coba bagaimana kamu merasakan kalimat itu jadinya. Kata memandangnya dapat diganti dengan kata sejenis yang menunjukkan aktivitas menggunakan indera penglihatan, seperti meliriknya, melihatnya, memperhatikannya, atau mengintipnya. Tapi tidak dipilih dalam puisi ini. Kamu pasti tahu mengapa. Kata berguguran sebenarnya sama dengan rontok, atau jatuh, penyair memilih kata berguguran sebab nilai puitis lebih padanya. Kata sematkan juga sudah sangat pas, meski ada kata pasangkan, tempelkan, yang memiliki kemiripan. Demikian dengan kata guguran, akan menjadi berkurang nilai estetis dan kepuitisannya, mana kala yang dipilih adalah kata rontokan. Sudahkah kita pandai memilih dan menggunakan daya guna sebuah kata?

Mengapa Awas, Hati-hati, dan Jangan?

Tiga orang ibu, berpesan pada anaknya yang akan pergi ke sekolah sampai. Ibu pertama bilang,”Awas kalau di jalan, ya!”. Ibu kedua bilang,”Hati-hati, ya Nak!”. Sedang ibu ketiga bilang.”Jangan main-main di jalan”. Ketiga ibu tersebut sebenarnya mengacu pada sebuah makna, yaitu agar si anak selalu waspada menuju sekolah. Dengan harapan anak tersebut dapat selamat sampai di sekolah, belajar dengan baik, dan kembali ke rumah. Ibu pertama dan kedua menggunakan kata awas dan hati-hati, yang dirasa lebih pada pengarahan/himbauan. Dengan begitu mereka tidak menunjukkan emosi negatif pada anaknya. Sedang ibu ketiga menggunakan kata jangan, menunjukkan bahwa itu sebuah perintah. Mungkin ibu tersebut kesal karena anaknya sering tidak mengindahkan himbauannya.

Banyak faktor yang mempengaruhi atau melatarbelakangi seseorang untuk menggunakan sebuah kata. Perbedaan pemilihan kata tentunya disebabkan perbedaan tipe/gaya/kepribadiaan, serta gejolak batin seseorang.

Pemilihan kata /diksi merupakan cara untuk mengekspresikan dan mewujudkan gejolak jiwa seseorang. Semisal saja kita menerima tamu ada kalanya kita berkata, Ada perlu apa? Ada yang bisa saya bantu, Gerangan apa yang membuatmu berlabuh di tempat ini?, bahkan Mau apa ke sini?. Kita tentu dapat mengerti gejolak jiwa orang yang mengeluarkan masing-masing kalimat tersebut bukan?

Pemilihan kata yang akan merangkai suatu kalimat untuk menunjukkan maksud tertentu menunjukkan daya guna kata. Sesungguhnya setiap kata mempunyai kekuatan dan mampu mewakili maksud, gagasan, ide, perasaan, juga pemikiran penggunanya. Tidak banyak orang yang pandai memilah kata serta menggunakan kata. Tapi jikalau kita pandai, jangan pula kita jadikan senjata yang bisa merendahkan orang lain dengan bersilat lidah.

Sedih, Nggak Banget !!!


Aku seperti kamu yang pernah merasa sedih. Tentu banyak hal yang membuat kita sedih. Mungkin nilai kita yang anjlok, teman yang berubah dengan alasan nggak jelas, benda kesayangan kita hilang, ataupun kehilangan seseorang yang sangat dicintai misalnya. Tapi sesungguhnya, cara terampuh yang wajib kita tempuh itu sama. Bila sedih itu menyelimuti hati, aku akan segera bertanya pada diri. ”Mengapa aku harus sedih?”. Lalu kucoba untuk bernyanyi kembali, mainkan melodi di hati. Karena tak ’kan kubiarkan sedih penjarakan hari. Dan yakin,bisa kulalui dengan pasti. Beberapa hari yang lalu seorang teman mengatakan kesedihannya padaku perihal temannya yang lain yang berubah dan menyalahkannya, tanpa memberitahu apa kesalahannya (Fi, nggak usah sedih ya...). Temanku yang lain sedih karena dia merasa bodoh sudah terjatuh ke tinggi awan, he...he..he...(maklum dia falling in love with ....). Orang bijak pernah berkata,”MASUKKANLAH KESUSAHANMU (kesedihan) KE DALAM SAKU YANG BERLUBANG !!!”.
Bila sedih itu menyapa, balas saja dengan senyuman. Hadapi dengan berani. Proyeksi diri dengan memeriksa kembali perjalanan hari kebelakang, apa ada yang salah???. Sebenarnya kita nggak mungkin merasa sedih, jika kita nggak mengizinkannya. Manusia yang sering bersedih cenderung sering pula mengeluh. Ayo, apa mungkin seseorang bisa mencapai kesuksesan, jika ia terus menerus mengeluh? Nggak kan?. Kita memang cenderung lebih suka mengeluh ataupun menyesali diri. Ingatlah, memang bongkahan besar rintangan sering menghalangi jalan kita mencapai tujuan, bukan berarti kita hanya berdiam diri menanti bongkahan itu menjadi serpihan debu. Kita harus mencari jalan lain, karena rintangan masih banyak yang akan menghadang. Jangan biarkan dirimu larut dalam kesedihan, banyak bersyukurlah. Bukankah jauh lebih banyak nikmat yang sudah kita terima. Mengapa harus sedih? SEDIH, CAPEK DECH.......

BUKA PINTU KESUKSESAN, RAIH BAHAGIA

Apa benar kita akan merasa bahagia jika telah sukses??? Banyak mereka yang telah dikatakan sukses tetapi merasa tidak bahagia. Apa sih kesuksesan itu? Bagiku kesuksesan adalah sesuatu yang harus diraih dengan penuh pengorbanan dan ketekunan. Sukses bukan hanya ketika kudapat raih semua asa, cita dan cinta dalam jiwa, melainkan dapat pula membuat orang lain ”sukses/bahagia”. Sukses juga berarti ketika kumampu bertahan dan mengalahkan semua yang menghalangi perjalanan mencapai tujuan. Ada beberapa pintu yang dapat kita buka untuk mencapai kesuksesan seperti yang saya baca pada sebuah buku karya Dr. Akram Ridha yang berjudul Indahnya Kesuksesan Menjadikan Hidup Lebih Bermakna. Yang pertama pintu kesuksesan dari luar/lahir atau pintu membangun kepribadian (perilaku kita terhadap orang lain). Rosa Diaz juga pernah mengatakan, ”kamu harus memvisualisasikan dulu dirimu sebagai orang yang sukses agar bisa menjadi sukses. Dan yang kedua adalah pintu membangun diri ( karakter). Kedua pintu itu harus dibuka agar kita mencapai kesuksesan yang disertai kebahagiaan. Ingat, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaansuatu kaum sehingga mereka mengubah keaaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar-Ra’d:11).

Sampai sekarang, aku sudah merasa bahagia, meski sukses (melalui kaca mata orang lain) mungkin belum dapat kuraih, bagaimana dengan kamu? Sudahkan kamu sukses dan bahagia?

Bergaul, Kreatif Dong!!!

Kamu pasti ingin menjadi orang ang dikenal dan mengenal banyak orang bukan? Gaul itu kuncinya( arti positif). Bergaul menjadi kebutuhan setiap orang. Sebab dengan bergaul kiya asti bisa mendapat banyak kesempatan (siapa tahu dengan bergaul kita bisa dapat pekerjaan, atau yang belum punya pacar menjadi punya, he...he...he...)

Ada rahasia kecil untuk sukses dalam bergaul. Kita harus cerdas! Selain mau membuka diri dan melakukan kontak dengan orang lain, komunikasilah yang menjadi kunci mati sukses tidaknya seseorang dalam bergaul.

Bila berkomunikasi, sebenarnya kita tidak harus menguras keringat sampai tetes terakhir untuk merangkai apa yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Sebaliknya kita harus mengutamakan dan berusaha mengerti maksud/apa yang ingin disampaikan orang lain pada kita. Otomatis, jika kita paham dari apa yang disampaikan lawan bicara maka tanggapan yang kita keluarkan jadi paa.....ss banget. Dengan begitu kita ”nyambung”. Lawan bicara kita pun akan merasa dihargai. Selanjutnya tinggal bagaimana usaha kita untuk menjaga komunikasi agar berjalan lancar dan terpelihara. Selamat mencoba. Jagalah komunikasi dengan rekan kamu.

Tambah musik, dijamin lebih asyik!!

Bayangkan jika hidup tanpa musik? Pasti sepiiiiiiiiii....... Sementara jiwa dan raga pun selalu berirama. Jiwa berirama mengiringi alunan peristiwa yang lahirkan aneka rasa. Ada suka, duka, kecewa dan lain sebagainya. Setiap kisah memiliki nada yang khas. Raga berirama mengikuti desir sirkulasi darah yang terus mengalir. Dan degup antung yang terus memacu.

Survei membuktikan, siswa cenderung menyukai musik, mengingat salah satu kecerdasan yang dimiliki setiap individu adalah kecerdasan musik. Musik dapat meningkatkan gairah belajar, menceriakan suasana, dan membantu menyimpan memori lebih lama. Menyisipi pembelajaran dengan unsur musik, salah satu caranya dapat mengubah syair lagu populer dengan lirik baru yang berisi materi pelajaran maupun hal yang menambah motivasi dan kesadaran akan diri.

Dengan niat semata-mata membangun semangat siswa (pada saat praktek mengajar) saya mengubah lirik lagu ”Kau Curi Lagi”nya J-ROCKS menjadi

Semangat Lagi

Di setiap langkahku, ku yakin ‘kan berhasil

Di dalam hidupku yang penuh rintangan, ku

tetap bertahan

Ku yakin karena ilmu, sukses ‘kan ku raih

Ku ingin ini ‘tuk s’galanya

Kini ku rasa kian semangat jiwa

Dan bertambah, percaya diriku

Semangat lagi, u….u….u…u…..

Optimis lagi, u….u….u…u…..

Lewati hari di hidup ku buat mimpi jadi kenyataan

Tak sekadar harapan

Ku tak akan pernah

Merasa putus asa

Mencoba tuk wujudkan setiap impian

Bawa kebahagiaan

Karena dalam setiap diri memiliki kecerdasan musik, saya yakin anda juga dapat melakukan hal yang sama. kegiatan ini juga mengembangkan kcerdasan linguistik kita. Selamat mencoba. Masukkan musik dalam pembelajaran, dijamin lebih asyik!!!

Bertindak atau Hebat lebih dulu ya???

Sebuah pertanyaan menggelitik muncul dan membuat saya bertanya,berpikir, dan akhirnya menemukan jawabnya. Haruskah kita menjadi seseorang yang hebat untuk bertindak??? Atau sebaliknya, bertindak dahulu untuk menjadi hebat?? Selang waktu saya menemukan jawabannya. Tentu saja kita harus bertindak lebih dulu untuk menjadi sesuatu yang lebih baik (baca:hebat). Jika berlama-lama berdiam dan menunggu sampai merasa diri hebat, kapan kehebatan itu muncul??? Ya nggak???J Les Brown pernah lebih dahulu mengatakan bahwa tidak perlu menjadi hebat untuk bertindak tapi kamu harus bertindak untuk bisa menjadi hebat. Jika kita bertindak dan mengahasilkan sesuatu yang dapat membawa suatu perubahan juga manfaat, maka sesungguhnya kita telah menjadi jauh lebih hebat dari sebelumnya. Meskipun telah bertindak hebat, jangan pernah merasa hebat (sombong)!!!. Niscaya kamu akan menemui jurang kehancuran. Bagaimana jika kamu berhadapan dengan pertanyaan itu, kamu pilih mana, menjadi hebat dulu lalu bertindak, atau bertindak dan menjadi jauh lebih hebat??J